Dibalik Sarang Lebah – Eps 5. Benci Tapi Cinta

Di masa SMA, Awan adalah sosok yang sulit dilewatkan. Remaja keras kepala dengan mulut bak mesin jahit ini dikenal sebagai anggota geng Lebah yang selalu ditunggu kehadirannya. Meski begitu, Awan punya sisi baik yang membuatnya selalu jadi magnet tawa kami. Di SMAN Kalisat, persahabatan berkelompok sudah jadi tradisi turun-temurun disekolah. Siswa rajin berkumpul dengan yang rajin, anak nakal bersarang dengan sesama nakal, sementara yang cantik-cantik? Ya jelas, mereka bikin geng sendiri. Kesetaraan? Ah, itu hanya jargon pidato politik saja.


Namun, cerita ini bukan tentang geng rajin, nakal, atau cantik, melainkan tentang kelompok "Biasa-Biasa Saja." Maaf, maksud saya: kelompok yang sering Awan juluki dengan nama-nama lokal Madura seperti Kajuh (kayu), Konah (jadul), Sobluk (penanak nasi), dan Tewel (nangka muda). Ya, kelompok ini tidak punya nama resmi, tapi solidnya jangan ditanya—cuma maut yang bisa memisahkan mereka. Ketua mereka, Yanti, si pemain basket dengan tubuh kurus cungkring, adalah target favorit ejekan Awan sejak zaman SD. Bukannya marah, Yanti malah sering menanggapinya dengan membercandainya balik.

Namun, segalanya berubah ketika kelas tiga SMA. Kala itu, tren rambut rebonding sedang menggila—hampir semua siswi rela antre di salon demi rambut lurus bak silet. Tak mau kalah, Yanti ikut tren ini. Hasilnya? Si rambut kriwil yang selama ini terlihat biasa saja mendadak jadi pusat perhatian. Bahkan Awan, sang penghujat nomor satu, tiba-tiba terdiam. Seperti pepatah bilang: dari benci jadi cinta, cuma butuh waktu dan hair straightener. Awan mulai berubah. Yang biasanya gemar melempar ejekan, kini lebih banyak senyum tiap melihat Yanti. Kami semua sadar, dia benar-benar jatuh cinta. Drama ala Tom and Jerry yang mereka pertontonkan sejak kecil pun berubah jadi kisah Romeo and Juliet (minus balkon dan tragedi).

Sayangnya, seperti film FTV yang sering diputar ulang, kisah ini berakhir dengan patah hati. Setelah lulus, Yanti kuliah dan menjadi guru berprestasi bahkan dia dapat sertifikasi termuda di daerahnya, sementara Awan memilih bekerja. Ketika Awan akhirnya mengumpulkan keberanian untuk melamar Yanti, kabar buruk datang: Yanti sudah punya pacar, seorang pria berseragam hijau. Awan? Hancur. Dia depresi beberapa waktu, namun akhirnya bangkit dan menikahi seorang perawat yang baru dikenalnya beberapa bulan. Meski terlihat bahagia, kami tahu, di sudut hatinya, masih ada ruang kecil bernama Yanti.

Pesan moral: Jangan terlalu benci pada seseorang, karena benci adalah cinta yang belum sempat rebonding. Oh, dan jika kamu sedang jatuh cinta, pastikan dia belum punya pacar berseragam!