JALAN MURNI LULUS CPNS I 11 tahun penantian, jalan itu masih ada, selamat istriku!!

 


Alhamdulillah karir ku dalam pekerjaan selalu di mudahkan Allah SWT, Allah SWT selalu membukakan jalan bagiku dan telah banyak karunia yang diberikan namun ada satu hal yang cukup sulit bagiku. Istriku adalah seseorang yang pintar telah banyak aku dapatkan cerita tentang dia baik dari teman maupun dari saudara tentang prestasi sekolah dan kuliah yang telah dicapainya.

Kami menikah tahun 2013 namun selama perjalanan tersebut dia selalu aktif mengikuti seleksi penerimaan pegawai negeri tak seperti diriku yang pernah absen mengikuti ujian tsb, bukan hanya itu setelah moratorium tahun 2014 tentang pengadaan PNS dia masih tetap mengikuti seleksi ujian lokal pegawai non PNS diberbagai tempat, karena semenjak lulus dia bekerja di klinik swasta sejak tahun 2011 namun setelah aku lanjut studi master dan kami dikaruniahi seorang anak, keputusan untuk pindah harus kami terima, pindah ketempat yang lebih dekat karena klinik swasta tsb berada dikota dengan konsekwensi menjadi tenaga sukarelawan dengan gaji minim, jadi bisa dikatakan istriku sekarang tidak punya penghasilan seperti sebelumnya dan hanya bergantung pada penghasilan dariku, aku bilang untuk pakai semuanya untuk kebutuhannya dan anak kami, karena aku dapat full beasiswa ketika kuliah master.

Sambil menjadi tenaga sukarelawan di puskesmas istriku tetap aktif mengikuti ujian seleksi pegawai mau kontrak, pegawai tidak tetap, non pns atau apapun yang menurut kita bisa meningkatkan kesejahteraan hidup, namun ada yang aneh dan terpola, seleksi selalu dimulai dari ujian tulis, skill tes, kadang ada tes psikologi setelah itu terakhir wawancara, hasil yang selalu didapat adalah menjadi terbaik di ujian tulis biasanya peringkat 1 atau 2 begitu juga di skill test dan test berikutnya tapi selalu gagal di test wawancara, berkali-kali test dilakukan tapi tetap gagal dan gagal, begitu seterusnya. Aku selalu mengatakan

“Gak pa-pa, masih belum rejeki”

Dengan maksud agar menenangkan hati untuk tetap semangat mengikuti ujian selanjutnya, awalnya aku merasa wajar karena dia tidak siap tapi lama-kelamaan kegagalan Nampak sebagai hal yang tidak biasa.

Kami bukannya tidak melakukan apa-apa untuk belajar, doa, puasa dan sholat telah kami lakukan sebagai bentuk usaha atau ikhtiar, tapi masih saja gagal, aku sampai berfikir mungkin aku dan istri punya dosa hingga Allah SWT belum membukakan pertolonganNya, oleh karena itu kami coba meningkatkan usaha untuk mencapai apa yang kita inginkan dan senantiasa memohon ampun pada Allah SWT.

Ketika gagal kami selalu memotivasi diri dan meningkatkan kemampuan agar lancar dalam melaksanakan ujian dan tak lupa meminta ridho orang tua agar sukses, karena aku sendiri punya rumus kesuksesan sejak dulu, aku selalu melihat sosok ayah yang telah sukses mengantarkan putra putrinya lulus ujian bagitu juga CPNS yaitu dengan cara meminta pada Allah dengan amalan doa, sholat plus sholat malam dan dhuha disertai puasa, biasanya setelah melakukan sholat aku berdoa sesuai dengan tuntunan.

Tahun 2017 tahun yang tak terlupakan bagi kami, ditahun itu istri hamil besar dan kebetulan ada seleksi ujian lokal disalah satu instansi, kali ini kami mempersiapkan dengan matang hingga kita pernah ikut bimbel disalah satu tempat kursus meskipun bersama anak-anak SMA tetap kita jalani dengan ikhlas, dan alhamdulliah hasilnya test tulis dan skill test masuk peringkat teratas, skill test dihadapi dengan cukup berat karena sedang hamil besar dan menunggu antrian cukup lama tapi Alhamdulillah berhasil, hingga sampai di wawancara, test wawancara ini kami telah mempersiapkan secara matang hingga mencari cara menjawab pertanyaan yang baik dan benar karena di test ini istriku sering gagal, setelah ujian kami merasa lega karena lagi-lagi pertanyaan yang ditanyakan sesuai dengan prediksi, kami optimis akan lolos.

Pengumuman dibagikan dimalam hari Ba’da Isya’ dan kita bisa mengakses secara online, ketika kami bersama-sama membukanya hasilnya “TIDAK LOLOS” aku segera memeluknya dan tetap mengatakan

“Gak pa-pa, masih belum rejeki”

Istriku hanya diam dan masuk kamar, kata-kata “masih belum rejeki itu” menjadi kata-kata template disetiap ujian yang mungkin sudah tidak berarti apa-apa karena lebih 10 kali dia mengikuti berbagai macam seleksi atau ujian, hari itu aku tak berani mendekatinya dikamar dia menangis, melihat pemandangan tersebut aku ikut berkaca-kaca, akupun segera mengambil air wudu untuk sholat Isya’, selesai sholat aku tidak berdoa dan terdiam dalam hati aku hanya berucap

“ Ya Allah, sesungguhnya Engkau maha melihat”

Karena aku yakin malam itu Allah SWT melihat kami yang sudah mulai putus asa, pemandangan pilu itu mungkin cukup sebagai pengganti doa dimalam itu.

Setelah kejadian dimalam itu tahun berikutnya kami tetap berikhtiar namun sudah lebih lega karena kami pasrah, lolos atau tidak kita pasrah dan tak peduli. Tahun 2019 kembali ada perakrutan CPNS dia memilih di daerah kota yang agak jauh dari rumah, istriku mencoba di SKD nilainya cukup bagus tapi tidak lolos SKB dikarena peringkat 4 dan hanya tiga orang yang berhak mengikuti SKB dikarenakan hanya satu formasi waktu itu.

Dengan hasil tersebut semakin kami termotivasi untuk mengikutinya hingga ditahun 2021 ada lagi pembukaan CPNS kali ini formasi ditempat dia bekerja dengan 2 formasi, aku bilang

“ Kita habis-habisan tahun ini”

Doa, sholat, puasa tetap kita lakukan plus bimbel online persiapan dua bulan akhirnya membuahkan hasil nilainya cukup baik tapi tidak terlalu besar untuk ukuran rata-rata nasional, karena hanya ada 9 peserta yang mengikuti SKD, istriku ujian di hari pertama karena dalam satu minggu peserta terbagi menjadi beberapa hari ujian di hari pertama istriku peringkat 1 SKD tapi dihari ke 2 posisi bergeser ke urutan ke 2. Kami mulai khawatir walau posisi SKB sudah pasti lolos namun nilai SKD juga mempengaruhi nilai total karena target kami minimal peringkat 2 untuk nilai SKD dan SKB.

Pagi hari atau satu hari sebelum ujian hari ketiga para pesaing, aku mendapatkan video motivasi dari youtube tentang manfaat sedekah dan aku baru paham jika doa itu harus di pancing dengan sedekah, karena pemikiraku dulu dengan zakat dan amal dimasjid sudah cukup. Jadi hari itu kami memutuskan untuk bersedekah bahan pokok untuk orang tidak mampu disekitar rumah, hasilnya posisi tidak bergeser tetap nomor 2.

Akhirnya istriku lolos di ujian selanjutnya yaitu SKB, di ujian kemampuan bidang ini kami berstrategi untuk tetap bimbel dan fokus latihan soal, karena di SKD aku merasa belum maksimal jadi selama sebulan penuh istri sengaja aku sarankan untuk karantina mengerjakan soal dan anak-anak aku yang pegang, untuk urusan makan tiap hari ibu mertua membantu delivery order alias diantar kerumah, jadi istri tidak memasak selama latihan soal, selain itu kita tetap puasa, berdoa dan sholat agar Allah SWT memudahkan semua urusan kita dan tak lupa amalan sedekah juga kita persiapkan sebelum ujian SKB.

Ada satu lagi, Akhir desember 2020 bapak meninggal dunia, dan selama ujian ini aku tidak bisa meminta bantuan doa yang selama ini aku lakukan, sejak dulu aku merasa termanjakan oleh doa dari orang tua, karena dihampir setiap kesempatan aku selalu meminta doa orang tua terutama bapak dan ibu, ada suatu amalan bapak yang cukup berat namun terbukti berhasil, setelah sholat tahajud bapak selalu membaca surat Al Ikhlas, An Nas dan Al Falaq dengan jumlah masing-masing 1000 hasilnya tiga kakak ku semua lolos PNS murni.

Setelah mengigat itu aku memberanikan diri untuk melakukan amalan almarhum bapak, setelah sholat tahajud aku tidak beranjak dan membaca amalan tersebut alhasil dihari pertama hanya Al Ikhlas yang sampai 1000 dan aku tertidur sebelum subuh, selanjutnya aku coba kembali hanya sampai surat An-Nas belum sampai seribu azan subuh telah berkumandang. Kesalahanku karena aku telat bangun setelah aku hitung butuh waktu 3-4 jam untuk mencapai target tersebut.

Setelah semua usaha dan amalan telah dilakukan, tibalah hari ujian berlangsung. Hari itu aku sengaja mengosongkan jadwal untuk mengantar ujian SKB istri, kebetulan ujian dimulai pukul 14.00 dan harus tiba dilokasi 1 jam sebelum, setelah mengantarkan istri ke lokasi ujian aku pergi dan duduk sambil berdzikir di alun-alun kota, hingga waktu sholat ashar tiba, karena ada masid dekat alun-alun aku segera bergegas untuk sholat ashar.

Sebelum sholat aku sempat mengecheck hasil ujian SKB secara online karena baik SKD dan SKB sekarang live skor, Alhamdulillah ada di posisi ke 15, setelah itu akupun sholat berjamaah dan selesai sholat aku berdoa pada Allah SWT menghadap ke dua kaligrafi besar bertuliskan Muhammad Rasulullah dan Allah SWT dan melakukan sujud dengan berdoa:

“Ya Allah sudah 11 tahun ikhtiar istri hamba tak ada yang bisa berkehendak selain Engkau dan Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung’

Entah mengapa hari itu tubuh terasa lega, ada kesejukan tak terperi, sore itu aku merasa tenang. Setelah selesai sholat aku menuju serambi masjid dan duduk melihat live score di posisi 15 aku kaget tidak ada nama istriku, aku coba scroll kebawah juga tidak ada hingga nama terakhir dan muncul nama istriku di posisi pertama dengan tulisan waktu telah selesai dengan skor yang jauh meninggalkan para pesaingnya bahkan selisih 100 poin dari peringkat 1 SKD, tak kuasa air mata ini menetes, aku melihat ke langit dan tersenyum seraya berkata

“ Terima kasih ya Allah”

Keyakinan kami membuahkan hasil, kami yakin Allah melihat apa yang kami perjuangkan dan kami yakin allah melihat tangisan kami di tahun 2017 dulu dan membayar tuntas di 2021.

Untuk kalian yang sedang berjuang percayalah sabar dan sholat adalah penolong dan Allah SWT sebaik-baiknya tempat meminta, semoga kisah ini menginspirasi.