KISAH INSPIRATIF KESEDERHANAAN DAN KESUKSESAN Refleksi 10 tahun seseorang yang kubanggakan (Alm Mbah Rasyid)

Hari ini tiba-tiba aku teringat akan kejadian 10 tahun yang lalu, ada seorang Laki-laki tua terbujur lemah dikamarnya dan ternyata disanalah dia menghembuskan nafas terakhirnya, hari itu begitu teduh nan cerah hingga banyak orang yang datang bertakziah, dalam kerumunan itu aku menjadi salah satu orang yang menangis karena kepergiaannya, dia kakekku atau ayah dari ibuku, mengapa harus menangis!!, karena memiliki hubungan darah dengannya? Tidak, tapi lebih dari itu, pikiranku melayang karena hari itu usiaku sudah cukup dewasa untuk merasakan kenangan dan menyingkap memori masa kecil dikepalaku.

Penampilan cukup sederhana layaknya laki-laki tua seumurannya, cukup kopyah warna hitam, baju koko warna putih dan sarung kotak-kotak kombinasi biru, coklat dan hitam, kedatangannya selalu membawa kebahagiaan bagiku, sejak kecil aku sering datang kerumahnya bukan untuk apa, misiku hanya untuk minta uang padanya, ini dia kehebatan yang dimilikinya dan sangat menarik bagi anak-anak tentunya, dia selalu tahu kalau aku sedang tidak punya uang, jadi aku cukup lewat didepannya maka dia pasti akan mengeluarkan segepok uang yang diikat pakai karet gelang tersimpan disaku baju koko miliknya dan mengambil beberapa lembar untuk diberikan padaku setelah itu aku pasti bahagia karena uang itu pasti ku gunakan untuk main PS.


Aku hidup dimana dia sudah berusia tua dan telah lama pensiun dari pekerjaannya, ibuku bilang dulu kakek bekerja disarana transportasi milik pemerintah Bus DAMRI dan memiliki kerja sampingan sebagai penjual kapur dipasar, mengapa bekerja sampingan? Alasannya karena dia punya banyak anak, kurang lebih ada Sembilan anak, namun naas dua anaknya meninggal akibat sakit hingga tersisa tujuh anak saja, untuk mencukupi kebutuhan hidupnya selain dua pekerjaan tadi, kakekku memiliki sebidang sawah dan beberapa kebun, begitu banyak aktifitasnya karena dia hidup diawal kemerdekaan yang penuh tantangan, keterbatasan dan kesulitan ekonomi.

Singkat cerita ketujuh anaknya menjadi orang sukses, ada yang aneh bagiku dibalik kisah suksesnya aku tidak menemukan kesulitan bag menafsirkan pemikiran Ibnu khaldun sang sosiolog dan filsafat sejarah yang kadang harus dibaca berkali-kali untuk mengetahui apa yang dipikirkannya, yang aku temukan pada kakekku hanya kesederhanaan, terkadang lucu, simple namun penuh makna.

Misalnya alasan mengapa dia menyekolahkan putra-putrinya dan hanya dua profesi yang diminati olehnya yaitu seorang guru dan tenaga kesehatan, “biar tidak gampang korupsi” katanya!!, simple namun penuh makna karena perlu diingat kata-kata korupsi jaman itu belum semarak jaman sekarang bisa jadi kakekku sudah memiliki pengetahun mendalam tentang korupsi, tapi pertanyaannya jaman itu dimana dia mendapatkan literature untuk mengetahuinya?mengingat internet belum ada.

Selain itu dia selalu sholat lima waktu dan sering jamaah kemasjid walau usianya sudah 80 tahun, walau dia sakit dia tetap selalu berusaha untuk sholat, dia tetap semangat meski jaman dimana pembuktian ilmiah tentang kecerdasan spiritual belum diketemukan, karena baru tahun 90an si duo Harvard Danah Zohar dan Ian Marshal baru menemukannya.

Perangainya yang lain dia selalu memberi uang pada orang yang ada disekitarnya terutama kaum duafa, padahal buku the power of sedekah belum dibuat waktu itu, apakah dia kaya?? Tidak, dia hanya memilih hidup sederhana dan tidak bergantung pada orang lain alias mandiri, pernah aku tanyakan pada ibu mengapa kakek begitu dermawan pada orang-orang, tak lain karena dulu ketika susah dia pernah bernazar jika Allah memberikan rejeki yang lapang maka dia akan dermakan untuk mereka yang tidak mampu jawab ibuku, kakekku juga termasuk orang yang berani berkorban untuk keluarga terutama putra putrinya buktinya tanah miliknya habis untuk biaya sekolah anak-anaknya, bukan untuk barang konsumtif, barang dengan nilai penyusutan dan barang tak penting lainnya karena dia paling paham yang mana kebutuhan dan yang mana keinginan, ada momen yang cukup membuatku terharu, pernah ketika ibu membeli rumah didekat rumah yang aku tempati dan ketika melihat surat kepemilikan tanah ternyata tanah itu dibeli dari Kakekku puluhan tahun yang lalu lucunya ibuku tidak tahu, memang sangat sedikit aku mengetahui pribadinya karena dia jarang bicara tentang perjuangannya mengarungi kerasnya hidup, tapi yang jelas aku bisa mengetahui luasnya pemikiran dari buku-buku agama dan majalah dakwah berserakan dilemarinya yang terkadang sesekali aku coba untuk membacanya.

Ada lagi momen yang membuatku semakin berfikir tentang dia, suatu waktu pada tahun 2004 ketika aku bertamu kerumah Pak Zain, Pak Zain adalah salah seorang pendatang dari NTB yang juga aktif di Masjid yang sama dengan kakekku mengatakan.
“Kita kalah dengan Pak Rasyid” Kata Pak Zain
“Kok bisa pak?” tanyaku
“Lihat saja putra-putrinya” jawab Pak Zain
“Ah, itu kan karena jaman itu tidak sekompleks sekarang pak, jaman dulu gak ada orang sekolah jadi peluang kerja sangat besar, kebetulan aja mbah punya visi untuk menyekolahkan anaknya” jawabku dengan santai.
“Gak gitu, jaman itu sama aja mau jaman dulu atau sekarang ya sama aja” Pak Zain mengguruiku.
Aku ingat dan tak puas dengan apa yang dikatakan pak Zain, bagiku sosok Mbah Rasyid adalah sosok yang biasa-biasa saja, hingga akhirnya aku sendiri yang mengalami jaman dimana aku menjadi orang tua, terjun kemasyarakat dan melihat sendiri berbagai kompeksitas masalah yang dihadapi ternyata tak sesederhana yang ku pikirkan.

Setelah itu baru aku sadar dan menyimpulkan bahwa seseorang dapat menembus logika dan jaman yang dilaluinya tak lain dan tak bukan selain ikhtiar diri sendiri adalah kedekatan dengan Allah SWT, tak peduli seberat apa jaman yang kita lalui, mau itu jaman dahulu, sekarang ataukah nanti sama saja Allah lah penentu kesuksesan kita, kecanggihan teknologi, pesatnya ilmu pengetahuan dan cepatnya komunikasi hanya menjadi alat yang tak berarti tanpa kehendakNya.

Hari ini aku paham mengapa banyak orang yang menangisinya bahkan orang yang tak kukenal juga ikut menangisi sambil terisak mengatakan “tadek pole lah se arik berriah” atau dalam bahasa Indonesia “gak ada lagi sudah yang akan memberi”, dari sana aku bisa mengambil hikmah kesuksesan kakekku sekaligus menjadi cambuk penyemangat dalam hidup, kunci sukses itu antara lain hidup sederhana, mandiri, suka memberi, kerja keras dan taat beribadah.

Bangga aku menjadi cucunya dan doaku semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikannya selama ini


Kholid Rosyidi MN




Jember, 20 Juni 2019